Jumat, 10 April 2015

Sindhu, Koki Cilik

Sindhu, di Pasar Bocah (sepeda onthel tua tersayang ikut mejeng, hehehe...)

Koki Cilik..? hehehe... semoga tidak dianggap lebay ya...
Sindhu adalah anak pertama kami. Namanya Adirba Satya Indurasmi, biasa kami panggil "Sindhu" atau kadang  ada yang memanggilnya dengan "Indu" saja. Saat ini (April 2015) usianya 6 th 5 bln.
Anak kami ini termasuk seorang anak yang aktif dan atraktif, dia sudah mulai agak tenang dengan sendirinya setelah berumur sekitar 4 tahun. Sebelumnya, wah..., bikin ibunya "langsing" dan selalu deg-degan.

Kali ini saya menceritakan kegiatan Sindhu yang berhubungan dengan dapur. Tanpa bermaksud menyombongkan atau pamer akan anak kami, tapi lebih ke sharing apa yang bisa kita kerjakan bersama anak kita saat di rumah, yang diharapkan kelak akan bermanfaat di masa depannya. Selebihnya karena ternyata folder saya dipenuhi foto-foto Sindhu sejak jaman dahulu kala, yang sepertinya akan bisa bermanfaat juga kalau ditampilkan.


Terlepas dari segala kekurangannya, kini Sindhu tumbuh menjadi seorang gadis cilik yang masih aktif dan pengertian akan setiap kesibukan ibunya  dan entah karena dia sering melihat ibunya memasak atau bikin kue, dia tumbuh jadi anak yang percaya diri untuk mengacak-acak dapur.
Ya.., Saat saya sibuk menggelar bahan kue di atas meja, dia juga sibuk menggelar bahan kuenya di lantai. Mangkok dan gelas plastik turun dari rak piring, sendok-sendok bertebaran, aneka adonan turut berceceran. Alhasil saat saya selesai baking, saya harus melakukan pembersihan 2 kali lipat. Fiuh... capeknya dobel. Meskipun begitu kami berdua sangat menikmati kegiatan di dapur sempit kami itu.
Selama ini saya sengaja membiarkan saja Sindhu ikut sibuk di dapur. Sewaktu masih berusia 2-3 tahun, saya yang mengambilkan alat-alat dan bahan untuk dia gunakan. Kini setelah dia semakin besar, dia bisa mengambil sendiri alat dan bahan yang diinginkan.

Saya memang memberikan kebebasan kepada anak saya ini untuk sedikit mengacak-acak dapur, kenapa demikian? tentunya ada beberapa harapan yang saya selipkan dalam kegiatan tersebut.
Alasan yang paling utama adalah saya tidak ingin anak kami tumbuh menjadi seseorang yang tidak mengenal pekerjaan rumah, apalagi sebagai perempuan(saya akan tetap demikian walaupun bila kelak dikaruniai anak laki-laki). Mungkin saya akan dianggap kuno, tetapi biarlah. Baik anak kita perempuan atau laki-laki, dia harus bisa melakukan semua pekerjaan, bagi kami (saya dan suami) tidak ada istilah pekerjaan laki-laki dan pekerjaan perempuan. Semua pekerjaan adalah pekerjaan. Mengapa begitu? ya.., kata kuncinya adalah "pengalaman kami" dan "masa depan".

ketika umur 3 tahunan, mau TPQ di masjid
Pengalaman kami mengajarkan bahwa masa depan anak kita adalah sepenuhnya milik anak kita. Kita tidak bisa menentukan apa yang akan dijalani anak-anak kita. Memang benar kita tentu menginginkan anak-anak kita hidup berkecukupan, bisa meraih apa yang dicita-citakannya, bisa menjadi orang terkenal atau mumpuni di bidangnya. Lalu apa yang akan kita lakukan? apakah menyekolahkannya di sekolah favorit yang mahal? mengikutkan les-les di tempat-tempat terkenal? menjaganya seperti kristal? tidak membolehkannya melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bisa membuatnya capek atau merasa hina?
Masa depan itulah yang harus saya pikirkan dari sekarang. Salah satunya yang sederhana saja, adalah dengan memberi bekal kemampuan/skill untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah.
Coba bayangkan bila saat ini anak kita berada di lingkungan yang sangat nyaman. Ibarat kata, semua bisa didapatkan hanya dengan sedikit membuka mulut.
Lalu bayangkan bila ternyata saat dia dewasa, keadaan sudah tidak seperti yang diharapkan. Misalnya ternyata orang tua jatuh miskin dan sakit-sakitan, anak perempuan kita ternyata mendapat suami yang hanya pegawai rendahan dengan gaji sedikit, atau anak lelaki kita usahanya bangkrut, tidak bisa memiliki asisten rumah tangga, tidak mampu membeli mesin cuci. Atau anak kita harus bersekolah di tempat yang jauh dari kita, dengan keadaan yang serba terbatas, sedangkan semua pekerjaan harus dilakukan sendiri.

Tentu saja saya ingin anak saya bisa mendapatkan masa depan yang terbaik. Namun kita juga tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, karena semua masih rahasia Allah SWT. Namun demikian bila ternyata anak saya terpaksa menghadapi hal-hal yang tidak enak, Saya tidak ingin dia akan gagap, bingung, tidak tahu harus berbuat apa, ujung-ujungnya stres atau depresi, terus menempuh hal-hal yang tidak diridhai Tuhan. Wow jangan sampai deh.
Saya ingin anak saya bisa survive, mampu bertahan dan sukses melampaui setiap kesulitan, tanpa harus mejadi beban bagi orang lain dan tetap di jalan halal yang diridhai Allah SWT. Amin.
Karena itulah, semenjak dini saya mulai menyiapkan dia, salahsatunya dengan mengajaknya menguasai skill sederhana yang saya harap akan bisa bisa berguna kelak.
Misalnya selalu saya libatkan dengan berbagai pekerjaan dapur.
Ada beberapa keuntungan dari melibatkan Sindhu dalam kegiatan dapur atau memasak. Diantaranya:
Saat usia 5th, memotong sendiri bahan sup sayur pesanannya
Hasil potongan yang kacau
  • Melatih motorik halusnya. Misalnya dengan mengajak dia menyiangi sayuran atau mengupas bawang (dengan tangan kosong, saat masih usia 3 thnan).  

  • Bahagia. Walaupun hasilnya tentu saja kacau balau, tapi terlihat dia sangat menikmati kegiatan itu.dan kita sebagai orang tua, tentu bahagia saat melihat anak kita bahagia

  • Munculnya kepercayaan diri. Saat hasil kerja anak saya yang kacau balau itu saya masak, lalu dihidangkan saat makan bersama, dia dengan bangganya laporan kepada sang ayah, bahwa hari ini dia ikut memasak dan memotong sayur-sayuran.


    banana cake a la Sindhu
  •  Terampil. Saat saya bekerja di dapur, dia dengan sigap bisa menyiapkan peralatan yang kira-kira akan saya butuhkan. Misalnya mengambilkan garpu tanpa saya suruh, saat saya memecahkan telur di mangkok. Mengambil mangkok besar dan mata pengocok, saat saya mengeluarkan mixer ketika mau  membuat cake. Bisa mengkira-kira jumlah untuk intensitas warna tertentu dan mencampurnya dengan baik, saat membuat rainbow cake.

  • Sudah mampu mengerjakan pekerjaan dapur sederhana di usia yang relatif masih muda. Misalnya : saat usia 4 tahun, Sindhu sudah bisa menggoreng telur dadar sendiri, mulai dai menyiapkan alat dan bahan hingga terhidang di piring. Tentu saja untuk kompor saya siapkan terlebih dahulu.

  • Mampu membedakan berbagai rasa dengan cukup akurat (lumayanlah untuk seusianya). Sampai-sampai sang ayah dengan sedikit bergurau berkata "wah, ini nih akibatnya kalau Sindhu diajarin keplek ilat, jadi tahu kalau masakan ibunya keasinan atau kemanisan".  "Keplek ilat" adalah istilah orang Jawa Tengah, untuk seseorang yang menyukai makanan/masakan enak. Enak di sini bukanlah selalu karena hidangan itu dari protein (daging, ayam, ikan), tapi lebih ke citarasa. Untuk perkara kue-kuean, dia jarang sekali mau makan roti atau cake yang dibuat orang lain, walaupun saya membelinya di bakery yang terkenal di kota kami, menurutnya buatan bunda lebih enak (Masyaaa sih... hehehe...).

  • Dan yang cukup membanggakan, saat ada tamu berkunjung ke rumah dan saya masih mengajak ngobrol sang tamu, Sindhu tiba-tiba datang dengan membawa nampan berisi beberapa gelas dan air sirup dingin untuk disuguhkan.

  • Kreatif. Saking kreatifnya, pewarna makanan yang saya miliki, hampir habis digunakan untuk melukis bersama dengan teman-temannya. Hahaha... ampun....

    Jaga booth saat bazzar RW, 2 tahun yang lalu
  • Menumbuhkan jiwa kewirausahaan. Sering melihat ibunya menerima pesanan kue, Sindhu juga meminta berjualan kue setiap Minggu sore. Katanya uangnya mau ditabung buat wisata keliling Indonesia (hmmm...). Beberapa waktu ini agak tersendat karena kendala cuaca dan bundanya kecapean, hehehe... 

  • Terakhir, tentunya bisa kita andalkan untuk melakukan suatu pekerjaan, saat kita merasa lelah. Percaya atau tidak, sudah sebulan ini Sindhu yang melakukan tugas berbelanja, saat tukang sayur langganan lewat. Dia memilih dan menentukan sendiri apa yang akan dimasak dan dia tahu apa yang disukai ayah, ibunya. Lucunya dia akan cemberut kalau saya datang untuk membantunya.


Berbelanja sendiri, menyiapkan sendiri. Belanjaan: Kangkung, telur puyuh, jagung muda, jamur tiram, tepung bumbu serba guna, jamur tiram, cabe.

Proses memasak saya kerjakan, sementara Sindhu langsung asyik main tanah, di sejengkal kebun kami.
Hasil masakan: tumis kangkung, jamur crispy.

Ceritanya bantuin spuit adonan sus kering keju, khusus untuk ayah


Mungkin saja ada banyak lagi manfaat yang bisa kita dapat saat melibatkan anak dalam melakukan pekerjaan rumah. Silakan dicoba lalu amati dan cari, kemudian nikmati manfaatnya. Semoga sharing ini bermanfaat bagi semua yang membacanya. Amin.














Tidak ada komentar: