Rabu, 28 Januari 2015

STUDIO TAKSU


Studio Taksu adalah sebuah kelompok atau komunitas yang berdiri sejak tahun 1995 dan didirikan oleh Budi S. Susila, Eko Supendi, Hengky S.Rivai, Djarot B. Darsono.
Keberadaannya hanya berdasarkan pada rasa dan keinginan bersama untuk selalu mengadakan proses (kesenian). Dalam hal ini adalah kehidupan seni pertunjukan yang disikapi secara profesional. Dikarenakan hal tersebut, Studio Taksu dengan komunitasnya selalu mencoba untuk menekankan dan menanamkan perasaan yang selalu merasa kurang dan selalu gelisah untuk berkeinginan menjadi cerdas, kritis, dan dinamis dalam menangkap situasi perkembangan lingkungan dan manusia sebagai stimulasi awal untuk berkreasi secara positif dan maksimal sesuai dengan bidangnya.

Selain itu penyikapan tersebut adalah juga sebagai stimulasi untuk membuat, membentuk dan membangun format pertunjukan, yang diyakini mampu pula menciptakan alam pembelajaran, setidaknya bagi segenap pendukung studio Taksu.


Mengapa Taksu?
Nama tersebut muncul karena sebuah pemendekan dari kata tari, gerak suara, yang kemudian dimaknai sebagai sebuah format atau konsep berekspresi. Kebetulan aksen konsonan pelafalan sama dengan "taksu" dalam bahasa Bali (Jawa kuno) yang arti dasarnya adalah aura atau kekuatan yang menyertai seseorang di waktu tampil di tempat-tempat tertentu(panggung, podium, mimbar dsb).




Kerja kreatif
Selama ini Taksu selalu berusaha merespon fenomena-fenomena sosial yang tengah terjadi di masyarakat  dan juga isu-isu lingkungan. Kerja kreatif kelompok ini terkonsentrasi pada tema-tema berikut:
  • konsekuensi dari perubahan yang terjadi dalam sejarah Indonesia dari sistem totalitarian ke sistem demokratik, baik terhadap individu maupun masyarakat.
  • akibat dari perkembangan teknik terhadap struktur sosial selama transisi dari masyarakat agraria ke masyarakat industri.
  • hubungan antara manusia dan alam dengan konsentrasi pada polusi lingkungan.
  • perubahan peran antara wanita dengan gender lain dalam hubungannya dengan masyarakat tradisional dan patriarki.



Pendukung Taksu
Para pendukung studio Taksu, selain para pendiri yang hingga saat ini masih aktif dan eksis di dunia seni,  adalah para anak muda yang memiliki kemampuan yang baik di bidangnya masing-masing. Bahkan banyak jebolan dari kelompok ini yang sekarang sudah memiliki nama yang menginternasional di bidang seni pertunjukan. Seiring dengan semakin sibuknya mereka dengan aktivitas seni masing-masing, semakin berkurang pula intensitas mereka dengan Taksu. Dinamika ini membuka kesempatan bagi para seniman-seniman muda yang haus akan pengetahuan dan pengalaman, untuk bergabung.
Sebagian besar pendukung Taksu berlatar belakang tari tradisi. Mereka menggabungkan antara elemen tari tradisi dengan gerakan modern, sehingga menghasilkan sebuah bentuk ekspresi yang baru dan unik.
Saat ini, di Taksu ada orang-orang yang berkompeten di bidangnya masing-masing dalam dunia seni pertunjukan. Bisa dikatakan juga bahwa kelompok ini beranggotakan para seniman maupun pekerja seni yang mumpuni. Mereka bisa bertindak sebagai koreografer handal, maupun sebagai penari yang baik bagi keoreografer lain. Mereka bisa menjadi komposer, sekaligus pemain musik yang mahir bagi komposer lain, bila diperlukan, dan mereka adalah orang-orang yang mempunyai totalitas dalam bekerja.
Misalnya saja dari  teater: Djarot B. Darsono, Hengky S. Rivai,
dari tari : Eko Supendi, Heri "Bodong" Suwanto, Yashinta Desi N, Danang "Masda" C., Iik Suryani, Havid Ponk,
dari Musik: Misbach Biloq, Gempil,
dari lighting: Hengky S. Rivai
dari artistik: Supriadi, serta masih banyak lagi seniman lainnya dalam kelompok ini.



Dalam 20 tahun keberadaannya, hingga saat ini studio Taksu sudah berhasil menampilkan lebih dari 40 produksi utama, yang diciptakan oleh banyak koreografer yang berbeda dalam kelompok ini. Karya-karya tersebut juga telah dipentaskan di berbagai kota di Indonesia, bahkan di luar negeri juga mengikuti event yang bersifat internasional.




Tidak ada komentar: